Selasa, 09 Agustus 2011

Dibalik sebuah penghinaan


Beberapa hari setelah Somad berkunjung ke tempat Kang Soleh, dan diberi beberapa hikmah tentang kesandung hinaan, terlihat Somad berkunjung lagi ke tempat Kang Soleh.
Setelah berbasa - basi sebentar, Kang Solehpun bertanya kepada Somad.
" Kok masih murung Mad ?" tanya Kang Soleh.
" Saya masih belum bisa merasakan obrolan kang Soleh tentang kesandung hinaan, beberapa hari yang lalu. Otak saya memahami, saat bersama kang Soleh disinipun seolah bisa menikmati perjalanan Kangjeng Nabi, ketika dilempari kerikil sampai berdarah kakinya. Namun, saat saya pulang ke rumah perasaan saya kecewa, dan sakit hati masih selalu menggelayut di dada. Tetap saja tidak mau menerima sebuah penghinaan. Bahkan rasa ini... semakin menjadi - jadi, karena merasa didzolimi....".

"Wah...wah....kok, agak parah gitu..." sela Kang Soleh.
Belum selesai pembicaraan Kang Soleh dan Somad, tiba - tiba Badrun ikut masuk ke tempat Kang Soleh. Ia terlihat berjalan sambil memegang pipinya.
" Kamu kenapa, kok pegang - pegang pipi ?" tang Kang Soleh.
" Habis cabut gigi kang, masih terasa sakit." jawab Badrun singkat.
" Lo kok, dicabut giginya ? " tanya Kang Soleh.
" Ya, karena sakit gigi lah kang..." jawab Badrun.
" Waktu dicabut sakit juga ?" tanya lagi Kang Soleh.
" Kok tanyanya aneh gini kang ?" jawab Badrun agak cemberut.
" Ya, nanya saja.... memang ga boleh ?" senyum Kang Soleh.
" Ya... jelas sakit kang, sakitnyapun lebih sakit dibanding waktu sakit gigi, tapi kalau sudah dicabut, nanti kan sakit giginya jadi hilang." jawab Badrun.
Suasana kembali sepi, Somadpun ikut terdiam mendengar obrolan Badrun dengan kang Soleh.
Setelah beberapa lama terdiam, Kang Solehpun berkata,
” Belajarlah dari sakit giginya Badrun, Mad ? celoteh Kang Soleh kepada Somad.
” Maksudnya gimana kang ?” tanya Somad.
” Badrun, rela merasakan sakit gigi yang berlebih ketika dicabut giginya oleh seorang dokter, karena Badrun mempunyai pengetahuan dan keyakinan, bahwa setelah dicabut giginya, rasa sakit gigi akan hilang.” jawab Kang Soleh.
” Masih blum paham kang ....” sergah Somad.
Sejenak kemudian, kang Soleh berkata :
” Sebuah penghinaan dari orang lain atau bahkan didzolimi orang lain, sesungguhnya merupakan sarana atau obat untuk membersihkan kotoran – kotoran dari dalam batinnya sendiri. Sehingga bila kotoran – kotoran telah tercabut, dan berangsur – angsur menjadi bersih... maka anugerah yang lain akan mudah diterima.”
” Barangkali kamu tidak ingat, ketika ngaji ke abah, ada kalimat indah yang diberikan, ”jika orang didzolimi orang lain tapi hatinya sedikitpun tidak merasa sakit. Atau hatinya merasa sakit tapi malah bersyukur karena yakin bahwa kesakitan tersebut sesungguhnya merupakan obat yang akan menyembuhkan penyakit yang ada dalam batinnya sendiri, maka itulah pertanda bahwa orang tersebut adalah orang yang mengenal hakikat hidup.”
”Agak sedikit paham kang .....” celoteh Somad agak lirih.
” Yakinlah, bahwa penghinaan yang menimpamu itu merupakan obat yang menyembuhkan penyakit hati yang ada dalam batinmu, seperti Badrun yang sanggup menahan rasa sakit ketika dicabut giginya, karena ia yakin dicabut giginya merupakan sarana untuk melepas sakit gigi yang berkelanjutan.
Ketika sakit gigi, sudah tidak ada, maka Badrunpun siap memakan makanan yang ia sukai, tanpa takut merasa sakit gigi lagi. Itulah anugerah, setelah ia mencabut giginya.”
Wallahu a’lam.
Source:kangtris.com

Selanjutnya baca juga Cerita Hikmah - Cerita Islami | Cerita Motivasi | Cerita inspirasi | Cerita Mengharukan dan berbagai Kisah Kehidupan pilihan lainnya.. Yang diambil dari berbagai sumber, Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar