Minggu, 08 Mei 2011

Kisah Seorang Ibu

Sebuah kisah beberapa tahun yang lalu, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur.
Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus ‘connecting flight’ ke Singapore lihat anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ” Wouw… hebat sekali ya putra ibu”. pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Namun pemuda itu penasaran dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya. ”Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya bu?? Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”.  
“Oh ya tentu”. si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang”.
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu??” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar”.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu... sepertinya ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani?? “
Dengan tersenyum ibu itu menjawab, ” Ooo...tidak,tidak begitu nak... Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”

“hmm...Sungguh luar biasa meskipun seorang petani namun ia bisa ciptakan gelar untuk adik-adik nya... jadi kita bisa belajar banyak dari cerita di atas, meskipun kita memiliki keterbatasan namun yakinkan kita ada untuk orang lain. Ketahuilah bahwa orang pintar, bijak, dan bahkan Tuhan pun menilai kita bukan karna siapa kita tapi karna apa yang telah kita lakukan untuk orang lain...”

http://safruddin.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar