Hidayatullah.com – Temuan terkini tentang keampuhan khitan mengurangi penularan penyakit bukanlah hal pertama kali dan satu-satunya. Para ilmuwan mancanegara telah banyak melakukan penelitian ilmiah seputar khitan.
Karya-karya ilmiah mereka yang diterbitkan jurnal-jurnal ilmiah terkemuka dunia semakin menguatkan kehebatan khitan dalam menanggulangi aneka penyakit berbahaya yang ditularkan melalui hubungan kelamin, termasuk di antaranya AIDS dan kanker.
Hasil penelitian terbaru seputar khitan atau sunat belum lama ini diumumkan di pertemuan ilmiah tahunan ke-104 Ikatan Urologi Amerika (American Urological Association, AUA). Urologi adalah ilmu bedah yang khusus menangani masalah saluran kencing pria dan wanita, serta sistem reproduksi pria.
Dua temuan penting menjadi bahan sorotan dalam acara itu. Selain terbukti mengurangi terjangkitnya virus penyebab AIDS (HIV), khitan juga mengurangi bahaya cedera saat persenggamaan. Hebatnya lagi, khitan ditemukan tidak mengurangi kenikmatan hubungan suami istri.
Aman dan nyaman
Para ilmuwan Australia menemukan bahwa sel-sel Langerhans ditemukan dalam jumlah paling besar pada kulit khitan bagian dalam dari kemaluan pria. Sel-sel Langerhans ini adalah sasaran awal proses penularan HIV melalui hubungan kelamin.
Peneliti di benua kanguru itu meneliti 10 pria yang sudah berkhitan dan 10 pria yang belum berkhitan. Kulit khitan bagian dalam memiliki kepadatan sel-sel Langerhans lebih tinggi dibandingkan pada bagian-bagian lainnya dari kulit penutup kemaluan pria. Kulit khitan bagian dalam ini dibuang ketika orang dikhitan, hal ini menghilangkan permukaan kulit yang paling rentan terhadap penularan virus AIDS. Namun patut dicatat bahwa khitan hanya mengurangi dan bukan mencegah sama sekali bahaya terjangkiti penyakit AIDS.
Pada penelitian berikutnya, para peneliti gabungan asal AS, Kanada dan Kenya menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan fungsi seksual antara mereka yang dikhitan dan yang tidak dikhitan. Namun pria yang dikhitan mendapatkan keuntungan lebih. Mereka yang bagian ujung kulit kemaluannya dibuang menghadapi bahaya lebih rendah terkena cedera saat berhubungan badan dibandingkan rekan mereka yang tidak dikhitan. Cedera ini meliputi pendarahan, tergores, teriris, lecet atau rasa pedih.
Namun bukan berarti pria berkhitan boleh 100% merasa aman dari tertular AIDS. “Ini adalah laporan penting yang menguatkan gagasan bahwa khitan tidaklah mengganggu fungsi seksual dan bahwa khitan adalah unsur penting pencegahan HIV di Afrika sub-Sahara. Pada saat yang sama, perlu ditegaskan bahwa khitan haruslah dipadukan dengan cara-cara pencegahan HIV lain, seperti seks aman dan pemeriksaan sukarela. Tidaklah cukup mengandalkan khitan saja untuk mencegah penularan HIV”, kata juru bicara Ikatan Urologi Amerika (AUA), Ira D. Sharlip, MD.
AUA didirikan pada tahun 1902 dan berpusat dekat Baltimore, Maryland, AS. AUA memiliki anggota berjumlah lebih dari 16.000 pakar urologi yang tersebar di seluruh dunia.
Ada yang dikecualikan
Berdasarkan penelusuran ilmiah oleh redaksi Hidayatullah.Com, keampuhan khitan menangkal AIDS ini tidak berlaku bagi kaum pria yang melakukan hubungan kelamin dengan sesama pria, (Men who have Sex with Men, disingkat MSM). Dalam kelompok ini termasuk di dalamnya kaum homoseksual. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gregorio A. Millett, M.P.H. dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, di Atlanta, AS.
Millett dan rekan-rekannya melakukan pengkajian terhadap 15 hasil penelitian untuk mengetahui kaitan antara khitan dengan penularan HIV atau penyakit-penyakit lain yang tertularkan melalui hubungan kelamin. Pengkajian ini melibatkan peserta berjumlah keseluruhan 53.567 orang yang termasuk dalam kelompok MSM, 52% di antaranya sudah dikhitan.
Para peneliti itu menemukan hal aneh: meskipun kaum MSM yang dikhitan dan tertular virus AIDS berjumlah lebih rendah daripada jumlah mereka yang tidak dikhitan dan terjangkiti HIV, namun perbedaan jumlah ini tidaklah nyata, alias sama saja. Sebaliknya, secara statistik kemampuan khitan mengurangi penularan HIV ditemukan di kalangan MSM yang diteliti sebelum diterapkannya program pengobatan antiretrovirus sangat aktif (HAART) di tahun 1996. Namun pasca program HAART ini, secara statistik tidak ditemukan kaitan nyata antara khitan dan penularan HIV.
Hal yang sama ditemukan pula pada kasus penyakit-penyakit lain selain AIDS, yang juga tertularkan melalui hubungan kelamin. Para peneliti itu menyimpulkan, secara statistik tidak ditemukan kaitan nyata antara khitan dengan penularan aneka penyakit tersebut di kalangan MSM. Dengan kata lain, tidak ada bukti statistik nyata yang menunjukkan bahwa khitan dapat mengurangi bahaya penularan berbagai penyakit kelamin pada pria yang berhubungan kelamin dengan pria.
Source:ervakurniawan,worprees,com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar