Kamis, 29 September 2011

Pica, Penyakit Gangguan Makan yang Aneh

Nurul Ulfah – detikHealth

Jakarta, Pernahkah Anda melihat orang yang makan makanan aneh seperti tanah, pasir, kapur, puntung rokok, lampu, bulu bahkan kotoran binatang. Bisa jadi orang itu menderita Pica, penyakit pola makan yang aneh. 
Pica biasa terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa.
Penderita Pica biasanya mengonsumsi makanan yang tidak masuk akal.
Pica sering terjadi pada anak-anak dan juga orang dewasa.


Sebanyak 10 hingga 32 persen anak-anak usia 1-6 tahun punya kebiasaan makan yang aneh ini. Tak hanya anak-anak, Pica juga bisa terjadi pada ibu hamil, terutama yang mengalami gangguan psikologis. Pica juga terjadi pada orang dewasa yang sedang diet, ketagihan tekstur tertentu pada mulutnya atau yang punya masalah sosial atau ekonomi.

Penyebabnya hingga kini masih belum diketahui dengan jelas. Tapi beberapa peneliti menduga kurangnya zat besi dan anemia memicu pola makan tersebut. Penderita Pica biasanya sering makan tanah, pasir, daun, batu, kapur, puntung rokok, lampu, pensil, besi, es, cat, tanah liat, bulu binatang, lumpur bahkan kotoran binatang.

Penyakit Pica tidak ada tanda maupun gejalanya. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes darah guna mengetahui kandungan besi dan seng. Meskipun anak-anak memang sering memasukkan semua benda ke dalam mulutnya, tapi orang tua harus waspada dan curiga jika hal itu menjadi kebiasaan.

Untuk menyembuhkan penderita Pica, dibutuhkan penanganan secara keseluruhan, meliputi pendidikan perilaku yang benar, lingkungan yang mendukung dan pendekatan keluarga. Pemberian hukuman juga cukup efektif untuk mengatasi penderita Pica. Penderita Pica butuh sosok terapis, psikolog atau psikiater yang bisa mengatasi masalah psikologisnya.

Penggunaan obat-obatan hanya diperlukan jika penderita Pica sudah mengalami gangguan atau penyakit mental. Pada beberapa kasus, ketidaknormalan pola makan ini biasanya hilang beberapa bulan dan sembuh dengan sendirinya. Namun pada kasus lainnya, penyakit ini bisa bertahan hingga usia remaja atau dewasa, apalagi jika sudah mengalami gangguan mental.

Komplikasi yang sering terjadi diantaranya yaitu infeksi, masalah pencernaan, keracunan dan malnutrisi.

Beberapa budaya percaya bahwa dengan memasukkan benda apapun ke dalam mulut akan menghasilkan kekuatan magis ke dalam tubuhnya. Beberapa studi memang menunjukkan bahwa anak-anak yang makan tanah liat lebih baik dalam mengatasi gejala morning sickness pada saat dewasa.

Sharon Bell Buchbinder, RN, PhD adalah seorang Profesor pedriatik dari Department of Health Science at Towson University di Towson, Maryland pernah mendapatkan satu kasus Pica yang cukup unik dan tragis.

“Waktu itu saya diberitahu suster bahwa ada seorang anak yang melakukan kebiasaan makan tidak normal. Setelah saya temui, ternyata ia adalah gadis berumur 11 tahun yang sedang mengandung. Ia berwajah sangat pucat, tubuhnya menggeliat-geliat, tak suka disentuh, suaranya mengerang dan di sekitarnya penuh tanah dan kotoran,” ujar Buchbinder seperti dikutip dari Lifeloom, Jumat (13/11/2009).

Gadis itu bernama Susie. Menurut Buchbinder, Susi adalah gadis yang sangat sensitif dan tertutup. “Ia dibuang oleh keluarganya karena hamil. Untuk menyembunyikan kehamilannya, keluarga menempatkannya di rumah pamannya. Dan sejak itu, ia mengalami penyakit pica. Karena khawatir meninggal, akhirnya keluarga memanggil saya,” jelas Buchbinder.

Anehnya sang ibu dan keluarga justru membiarkan Susie memakan tanah dan kotoran itu. “Ibunya bilang bahwa makanan itu punya kekuatan magis dan akan menguatkan kandungannya. Saya langsung shock karena di zaman moderen ini ternyata masih ada orang yang berpikiran seperti itu,” tutur Buchbinder.

Dengan perlahan-lahan, Buchbinder akhirnya berhasil membujuk Susie untuk berdiri dan pindah dari lantai yang penuh dengan kotoran dan tanah.

“Waktu saya angkat badannya, ada sebuah kaki kecil yang keluar dari mulut vaginanya. Saat itu juga saya kaget, karena ternyata itu adalah kaki sang bayi yang ada di rahimnya. Bayi itu akan segera keluar dari perutnya,” ujar Buchbinder.

Tanpa berlama-lama, Buchbinder dan susternya melakukan proses persalinan, dan syukur sang bayi masih bisa terselamatkan. Susie pun akhirnya mendapat terapi perawatan medis dan psikologis untuk mengembalikannya seperti semula. Entah apa yang yang terjadi jika Susie tidak segera ditangani saat itu.

Sumber: Detikhealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar