Senin, 26 September 2011

Menggapai Istiqomah

Seorang kontraktor terlihat datang ke tempat seorang kyai, selain ingin bersilaturahim kepada kyai tersebut, iapun ingin menanyakan sebuah hal yang lama terpendam dalam fikirannya, yakni menjaga istiqomah.
“Alhamdulillah kyai, dalam urusan pekerjaan, mendapatkan proyek Allah memberi kemudahan dan kelancaran kepada saya, bahkan proyek – proyek yang di mata rekan bisnis saya sulit, kalau saya yang maju, biasanya bisa goal. Hal ini karena satu kata yang saya pegang kyai, “saya tetap semangat dan tak mau menyerah” kyai ?” ungkap kontraktor.
”Bagus kalau begitu.....” jawab kyai.

”Namun dalam hal ibadah, ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Seringkali sudah berusaha bersemangat diri untuk melakukan sebuah ibadah, namun ujung – ujungnya tidak bisa istiqomah.” ungkap kontraktor.
”Lantas bagaimana ?” tanya kyai.
”Ya itu kyai, bagaimana saya bisa tetap istiqomah ?” tanya kontraktor.
Setelah mendengar pertanyaan kontraktor, kyaipun terdiam sejenak. Setelah berdiam diri sebentar, ia mulai berbicara.
”Kemarin, saya kedatangan tamu seorang bupati di sini, setelah ngobrol ngalor ngidul, katanya ia mau membangun jalan di daerah sini, dan ia mau tenderkan proyek jalan tersebut, gimana kamu mau ga ?” tanya sang kyai.
”Yah...mau sekali kyai. ”, jawab si kontraktor dengan sumringah.
”Ya, tapi proyek itu tetap ditenderkan secara terbuka, pakai e-auction kalau ga salah, bilangnya.” lanjut kyai.
”Ya, ga apa – apa kyai, saya sudah terbiasa dengan e-auction”, jawab kontraktor dengan lebih sumringah.
Suasana kemudian agak diam, si kontraktorpun dalam diamnya terlihat lebih segar dan sumringah. Setelah agak lama, rupanya kontraktor agak tersadar kenapa sang kyai malah ngobrol proyek, padahal ia menanyakan perihal istiqomah.
”Ngapunten kyai, terus pertanyaan saya yang tadi tentang istiqomah gimana ?” si kontraktor mulai menanyakan lagi.
”Sebenarnya kamu sendiri sudah bisa menjawab, namun kamu tidak menyadarinya.” jawab kyai.
”Begini... kamu bisa tetap bersemangat dalam mengerjakan sebuah proyek, bahkan proyek yang sulitpun bisa kamu atasi, padahal saya yakin tidak semua orang bisa mengerjakan proyek tersebut, kenapa ?” tanya sang kyai.
”Ya...imbalan keuntungan kyai” jawab kontraktor.
”Nah itu jawabannya....., selama mengerjakan proyek kamu mesti tidak melihat sulitnya pekerjaan karena visimu ingin menghasilkan keuntungan setelah proyek tersebut terselesaikan.
Kalau kamu beribadah, masih melihat sebagai beban, bukan dibalik ibadah itu sendiri selamanya kamu tidak akan bisa istiqomah sama halnya kamu mengerjakan proyek penglihatanmu kepada proyek itu sendiri bukan imbalan keuntungan yang akan didapat.
Namun ketika penglihatanmu dibalik pekerjaan itu, maka pekerjaan itu menjadi mudah dan menyenangkan. Ketika ibadahmu dijadikan sarana untuk menggapai keluhuran dari Allah maka, ibadah tidak terasa sebagai beban namun anugerah, dan anugerah istiqomah akan hadir dengan sendirinya.” ungkap sang kyai.
Mendengar uraian itu, si kontraktor manggut – manggut, namun kemudian bertanya, ” Saya belum mengerti kyai ?”
Sejenak kemudian kyaipun berkata,
”Kalau kamu mengejar yang ratusan juta bahkan miliaran rupiah kamu bisa semangat, konsisten, kenapa menjaga yang lebih besar daripada itu tidak bisa ? padahal dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda,'Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya'.”
Wallahu a’lam.
Source:kangtris.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar