Seorang gadis bernama Marsya tinggal bersama Ayah dan Ibu tirinya. Karna Ibunya telah lama meninggal oleh karna itu Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi. Marsya yang saat itu masih remaja mau tidak mau mengikuti permohonan ayahnya untuk menikah.
Dalam waktu singkat, marsya menyadari bahwa ia tidak cocok dengan Ibu tirinya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Marsya sangat marah dengan banyak kebiasaan Ibu tirinya itu. Marsya juga dikritik terus-menerus. Hari demi hari, minggu demi minggu, Marsya dan ibu tirinya tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena Ayahnya selalu menyuruh marsya untuk menurut apa kata ibu tirinya, Marsya harus taat kepada setiap permintaan sang Ibu.
Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan ayahnya selalu memarahinya.
Akhirnya, Marsya tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu tirinya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Marsya pergi menemui teman baik Ayahnya, Ustad Ali, pengurus masjid dekat rumahnya. Marsya menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Ustad Ali dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.
Ustad Ali berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, Marsya, saya akan menolongmu, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta.
Marsya menjawab,"Baik, saya akan melakukan apa saja yang ustad minta." Ustad Ali masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan sebotol air.
Dia memberitahu Marsya, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang be-reaksi cepat untuk menyingkirkan ibu tirimu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sebotol air yang secara perlahan akan meracuni tubuh Ibu tirimu. Setiap hari masaklah untuknya dan kemudian campurkan sedikit air ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti ibu kandungmu."
Marsya sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana pembunuhan terhadap ibu tirinya.
Minggu demi minggu berlalu, dan berbulan bulan berlalu, dan setiap hari, Marsya melayani ibu tirinya dengan masakan yang dibuat secara khusus. Marsya ingat apa yang dikatakan Ustad Ali tentang menghindari kecurigaan, jadi Marsya mengendalikan emosinya, mentaati ibu tirinya, memperlakukan ibu tirinya seperti ibu-nya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.
Setelah eman bulan, seluruh rumah berubah. marsya telah belajar mengendalikan emosi-nya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat sekalipun dengan ibu tiri-nya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.
Sikap ibu tirinya juga berubah, dan dia mulai menyayangi marsya seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa marsya adalah anak baik yang pernah dimilikinya. Marsya dan ibu tirinya sekarang berlaku seperti ibu dan anak sungguhan. Ayah marsya sangat senang melihat apa yang telah terjadi.
Satu hari, Marsya datang menemui Ustad Ali dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, "Ustad, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan."
Ustad Ali tersenyum dan mengangkat kepalanya. "Marsya, tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Air yang saya berikan dulu adalah Air Zam-Zam untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada ialah didalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya."
Pencarian:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar